Berapa Rupiah Harga 30 Menit?
2 posters
cafepojok :: Cafe Pojok Community :: Hobby :: Karya sastra :: Cerpen & novel
Halaman 1 dari 1
Berapa Rupiah Harga 30 Menit?
Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta
terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak
seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas
dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya,
Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia
akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah
menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang.
Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10
jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25
hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"
Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar,
sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika
Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari
mengikutinya.
"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti
satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi.
Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti
pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp
5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam
begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."
"Tapi, Ayah..." Kesabaran Rudi habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya
mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai
mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di
kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron
didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp
15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi
berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih
minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan
bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau
sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."
"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga.
Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat
berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp
15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-,
maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp
5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos.
Rudi terdiam.
Ia kehilangan kata-kata.
terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak
seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas
dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya,
Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia
akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah
menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang.
Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10
jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25
hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"
Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar,
sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika
Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari
mengikutinya.
"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti
satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi.
Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti
pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp
5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam
begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."
"Tapi, Ayah..." Kesabaran Rudi habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya
mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai
mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di
kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron
didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp
15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi
berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih
minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan
bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau
sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."
"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.
"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga.
Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat
berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp
15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-,
maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp
5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos.
Rudi terdiam.
Ia kehilangan kata-kata.
riamatagi- .
-
Jumlah posting : 649
Registration date : 27.04.07
Statistik
Point:
(20/100)
Warning:
(0/0)
Thank:
(100/1000)
Re: Berapa Rupiah Harga 30 Menit?
wah suatu cerita yang sangat menyentuh hati aku sampai tertawa
Ferdi- Senior member
-
Jumlah posting : 107
Age : 40
Status : PERJAKA TIIIING TING
Hobby : WALKING WALKING
Registration date : 25.04.07
Statistik
Point:
(0/0)
Warning:
(0/0)
Thank:
(0/0)
cafepojok :: Cafe Pojok Community :: Hobby :: Karya sastra :: Cerpen & novel
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik