cafepojok
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Sepenggal Renungan... (-.-)

4 posters

Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  RaTu_KuiS Tue Apr 24, 2007 12:43 am

Seorang Teman Baik


Sewaktu kita duduk di taman kanak-kanak, kita berpikir kalau seorang teman yang baik adalah teman yang meminjamkan krayon warna merah
ketika yang ada hanyalah krayon warna hitam.

Di sekolah dasar, kita lalu menemukan bahwa seorang teman yang baik
adalah teman yang mau menemani kita ke toilet, menggandeng tangan kita sepanjang koridor menuju kelas, membagi makan siangnya dengan kita ketika kita lupa membawanya.

Di sekolah lanjutan pertama, kita punya ide kalau seorang teman yang
baik adalah teman yang mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi
bersama ke pesta dan menemani kita makan siang.

Di SMA, kita merasa kalau seorang teman yang baik adalah teman yang
mengajak kita mengendarai mobil barunya, meyakinkan orang tua kita
kalau kita boleh pulang malam sedikit, mau mendengar kisah sedih saat
kita putus dari pacar, Di masa berikutnya, kita melihat kalau seorang
teman yang baik adalah teman yang selalu ada terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita merasa aman melalui masa-masa seperti apapun,
meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam ujian sidang sarjana kita.

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan, kita menemukan kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, merangkul kita ketika kita menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang
hanya mau mengambil keuntungan dari kita, menegur ketika kita
melalaikan sesuatu, mengingatkan ketika kita lupa, membantu
meningkatkan percaya diri kita, menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik, dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya...

Thanks for being my friend...
cheers
RaTu_KuiS
RaTu_KuiS
.
.

Female
Jumlah posting : 1187
Lokasi : ...TePi LauT...
Status : NYoBa SeTia :D
Hobby : GeSa GeSi
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue25/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (25/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue5/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (5/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  NEO Tue Apr 24, 2007 1:51 am

RaTu_KuiS wrote:
Seorang Teman Baik


Sewaktu kita duduk di taman kanak-kanak, kita berpikir kalau seorang teman yang baik adalah teman yang meminjamkan krayon warna merah
ketika yang ada hanyalah krayon warna hitam.

Di sekolah dasar, kita lalu menemukan bahwa seorang teman yang baik
adalah teman yang mau menemani kita ke toilet, menggandeng tangan kita sepanjang koridor menuju kelas, membagi makan siangnya dengan kita ketika kita lupa membawanya.

Di sekolah lanjutan pertama, kita punya ide kalau seorang teman yang
baik adalah teman yang mau menyontekkan PR-nya pada kita, pergi
bersama ke pesta dan menemani kita makan siang.

Di SMA, kita merasa kalau seorang teman yang baik adalah teman yang
mengajak kita mengendarai mobil barunya, meyakinkan orang tua kita
kalau kita boleh pulang malam sedikit, mau mendengar kisah sedih saat
kita putus dari pacar, Di masa berikutnya, kita melihat kalau seorang
teman yang baik adalah teman yang selalu ada terutama di saat-saat sulit kita, membuat kita merasa aman melalui masa-masa seperti apapun,
meyakinkan kita kalau kita akan lulus dalam ujian sidang sarjana kita.

Dan seiring berjalannya waktu kehidupan, kita menemukan kalau seorang teman yang baik adalah teman yang selalu memberi kita dua pilihan yang baik, merangkul kita ketika kita menghadapi masalah yang menakutkan, membantu kita bertahan menghadapi orang-orang yang
hanya mau mengambil keuntungan dari kita, menegur ketika kita
melalaikan sesuatu, mengingatkan ketika kita lupa, membantu
meningkatkan percaya diri kita, menolong kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik, dan terlebih lagi... menerima diri kita apa adanya...

Thanks for being my <a href="http://caffe-pojok.forumsline.com/Karya-sastra-hiburan-caffe-pojok-c5/Berkarya-sastra-c6/?go=friend">friend</a>...
cheers
pengalaman pribadi ya li ????? Basketball
NEO
NEO
.
.

Male
Jumlah posting : 576
Age : 43
Lokasi : Di Depan Layar Monitor Kompi Gw
Status : ......?????
Hobby : Sport
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue30/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (30/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)

http://caffe-pojok.forumsline.com

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  RaTu_KuiS Mon Apr 30, 2007 2:16 am

Cerita tentang katak kecil

Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil yang menggelar lomba lari Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.

Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta...


Perlombaan dimulai...

Secara jujur:
Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil akan bisa mencapai puncak menara.
Terdengar suara:
"Oh, jalannya terlalu sulitttt!!
Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak."
atau:
"Tidak ada kesempatan untuk berhasil...Menaranya terlalu tinggi...!!

Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu...
... Kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan- lahan semakin tinggi...dan semakin tinggi..

Penonton terus bersorak

"Terlalu sulit!!! Tak seorangpun akan berhasil!"

Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah...
...Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi...
Dia tak akan menyerah!


Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak!
SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?

Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan?

Ternyata...
Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!

Kata bijak dari cerita ini adalah:

Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis...
...karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menjauhkannya darimu.
Selalu pikirkan kata2 bertuah yang ada.
Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu!

Karena itu:
Tetaplah selalu....

POSITIVE!

Dan yang terpenting:

Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu!
Selalu berpikirlah:
I can do this!
RaTu_KuiS
RaTu_KuiS
.
.

Female
Jumlah posting : 1187
Lokasi : ...TePi LauT...
Status : NYoBa SeTia :D
Hobby : GeSa GeSi
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue25/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (25/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue5/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (5/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  RaTu_KuiS Mon Apr 30, 2007 2:20 am

KUALITAS HATI

Saduran berikut mungkin dapat menjadi renungan dan memberi inspirasi
bagi kita:

Kepada mereka*_ yang meninggalkanku seorang diri_*, terima kasih,
*Tanpa kalian, aku tidak akan pernah menemukan diriku sendiri*.

Kepada mereka _*yang selalu mencelaku*_, terima kasih,
*Tanpa kalian, aku tidak pernah memperbaiki kesalahanku*.

Kepada mereka *_yang selalu menghakimiku_*, terima kasih,
*Dari kalian aku belajar melihat orang lain tidak hanya dari penampilan
luar saja..*

Kepada mereka _*yang menganggapku lemah dan tak berdaya*_, terima kasih,
*Dari kalian aku bisa belajar untuk selalu berharap kepada TUHAN.*

Kepada mereka *_yang telah mentertawakanku_*, terima kasih,
*Tanpa kalian, aku tidak pernah belajar untuk intropeksi diri.*

Kepada mereka *_yang telah menyakitiku_*, terima kasih,
*Tanpa kalian, aku tidak akan pernah belajar mengampuni*.

Kepada mereka*_ yang telah mengecewakanku_*, terima kasih.
*Tanpa kalian, aku tidak pernah bisa belajar memahami orang lain.*

Kepada mereka yang berpikir *_bahwa aku tidak dapat melakukan
sesuatu_*,terima kasih
*karena tanpa mereka, aku tidak akan pernah mencoba sesuatu yang baru ataupun sikap baru.
RaTu_KuiS
RaTu_KuiS
.
.

Female
Jumlah posting : 1187
Lokasi : ...TePi LauT...
Status : NYoBa SeTia :D
Hobby : GeSa GeSi
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue25/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (25/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue5/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (5/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  RaTu_KuiS Mon Apr 30, 2007 2:26 am

Tempayan Retak

Ada seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung suatu pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang utuh itu selalu dapat membawa air penuh, setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun hal itu terjadi setiap hari. Si tukang air hanya
dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun, si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberi setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak
itu berkata pada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya
sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."

"Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?"

"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air
dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi
saya yang membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi," kata tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas
kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku
ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan
dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separo air yang dibawanya telah bocor, dan kembali dia minta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.

Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tetapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang utuh. Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya.

Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan
setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi
benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-
bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu
sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tidak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu.

Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat menjadi sarana keindahan
Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan
kita.

Seseorang disebut sebagai orang yang sukses jika ia bisa tetap hidup
dan menikmati kesuksesannya dengan rasa bersyukur.
RaTu_KuiS
RaTu_KuiS
.
.

Female
Jumlah posting : 1187
Lokasi : ...TePi LauT...
Status : NYoBa SeTia :D
Hobby : GeSa GeSi
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue25/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (25/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue5/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (5/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  RaTu_KuiS Fri Jun 08, 2007 10:23 pm

Kebohongan Seorang Ibu

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan
terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong
mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak
laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
"Makanlah nak, aku tidak lapar"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu
berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan
bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan
yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih
menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan.
Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api
untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun
dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak
capek"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"
---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu,
dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat
kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar
maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan
nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak
mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang
bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang
tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian
memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika
berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud
membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di
seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya
terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas
betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat
lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti
ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan"
----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu
kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita
untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar
kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Love U Mom...Always... hmm wanginya

(Kiriman seorang tman...Thanks Gurlz, ud kembali ngingetin aku betapa berharganya seorang perempuan tegar yang kupanggil ibu...)
rose
RaTu_KuiS
RaTu_KuiS
.
.

Female
Jumlah posting : 1187
Lokasi : ...TePi LauT...
Status : NYoBa SeTia :D
Hobby : GeSa GeSi
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue25/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (25/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue5/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (5/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  RaTu_KuiS Tue Jun 12, 2007 9:09 pm

Hati seorang ayah

Suatu ketika ada seorang anak perempuan kecil yg bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut, dengan badannya yang mulai membungkuk, disertai suara batuknya yang khas.

Gadis kecil itu bertanya kepada ayahnya, : "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk???"
Demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda, beliau menjawab
" Karena aku lelaki ."

Gadis kecil itu berkata sendirian " Aku tidak mengerti" dengan berkerut kening karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan tidak mengerti. Ayah hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki ". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.

Karena rasa ingin tahu, gadis kecil tersebut menemui ibunya lalu bertanya, "Ibu, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? Dan sepertinya ayah mengalami demikian tanpa ada keluhan atau rasa sakit ???" Ibunya menjawab, "Anakku…Seorang lelaki yang bertanggung jawab terhadap keluarga memang akan demikian ". Hanya itu jawaban ibu. Bertahun - tahun kemudian gadis kecil itupun tumbuh dan menjadi dewasa, tapi ia tetap masih mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badannya membungkuk??

Hingga suatu malam ia bermimpi, dan didalam mimpinya seolah-olah ia mendengar suara yg lembut dan kata-katanya terdengar dengan jelas, itu ternyata rangkaian jawaban pertanyaannya selama ini yang selalu ia cari.

"…Saat kuciptakan lelaki, AKU membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan ia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh dan terlindungi…."

"…Kuciptakan bahunya yg kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya…"

"…Kuberi kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yg berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali ia mendapat cercaan dari anak-anaknya,…"

"…Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya ia merelakan kulitnya tersengat panas matahari, demi keluarganya ia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin, ia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah disaat semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya…"

"…Kuberikan kesabaran, ketekunan dan kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah. Walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya..."

"…Kuberikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaan dan hatinya…"

"…Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman disaat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara…"

"…Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya..."

"…Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan, saling melengkapi dan saling mengasihi…"

"…Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia. Dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya…"

"…Kuberikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan inilah kelebihan yang hanya dimiliki oleh lelaki. Walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat…"

Terkejut gadis dari tidurnya dan segera ia berlari, berlutut dan berdo'a hingga menjelang subuh, setelah itu ia hampiri bilik ayahnya yang sedang sholat. Ketika ayahnya berdiri si gadis menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH"



Bila ayah masih hidup jangan sia-siakan untuk membuat hatinya tersenyum dan gembira, Bila ayah telah tiada jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya, dan do'akan agar TUHAN selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya .


(Dedikasi spesial untuk para ayah dan para calon ayah…..…..)

Happy Father's Day...
ngasih bunga
RaTu_KuiS
RaTu_KuiS
.
.

Female
Jumlah posting : 1187
Lokasi : ...TePi LauT...
Status : NYoBa SeTia :D
Hobby : GeSa GeSi
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue25/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (25/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue5/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (5/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  al_fajr Tue Dec 18, 2007 9:14 pm

RaTu_KuiS wrote:Hati seorang ayah

Suatu ketika ada seorang anak perempuan kecil yg bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut, dengan badannya yang mulai membungkuk, disertai suara batuknya yang khas.

Gadis kecil itu bertanya kepada ayahnya, : "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk???"
Demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda, beliau menjawab
" Karena aku lelaki ."

Gadis kecil itu berkata sendirian " Aku tidak mengerti" dengan berkerut kening karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan tidak mengerti. Ayah hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki ". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.

Karena rasa ingin tahu, gadis kecil tersebut menemui ibunya lalu bertanya, "Ibu, mengapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? Dan sepertinya ayah mengalami demikian tanpa ada keluhan atau rasa sakit ???" Ibunya menjawab, "Anakku…Seorang lelaki yang bertanggung jawab terhadap keluarga memang akan demikian ". Hanya itu jawaban ibu. Bertahun - tahun kemudian gadis kecil itupun tumbuh dan menjadi dewasa, tapi ia tetap masih mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badannya membungkuk??

Hingga suatu malam ia bermimpi, dan didalam mimpinya seolah-olah ia mendengar suara yg lembut dan kata-katanya terdengar dengan jelas, itu ternyata rangkaian jawaban pertanyaannya selama ini yang selalu ia cari.

"…Saat kuciptakan lelaki, AKU membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan ia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh dan terlindungi…."

"…Kuciptakan bahunya yg kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya…"

"…Kuberi kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yg berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali ia mendapat cercaan dari anak-anaknya,…"

"…Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya ia merelakan kulitnya tersengat panas matahari, demi keluarganya ia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin, ia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah disaat semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya…"

"…Kuberikan kesabaran, ketekunan dan kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah. Walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya..."

"…Kuberikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaan dan hatinya…"

"…Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman disaat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara…"

"…Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya..."

"…Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan, saling melengkapi dan saling mengasihi…"

"…Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia. Dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya…"

"…Kuberikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan inilah kelebihan yang hanya dimiliki oleh lelaki. Walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat…"

Terkejut gadis dari tidurnya dan segera ia berlari, berlutut dan berdo'a hingga menjelang subuh, setelah itu ia hampiri bilik ayahnya yang sedang sholat. Ketika ayahnya berdiri si gadis menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH"



Bila ayah masih hidup jangan sia-siakan untuk membuat hatinya tersenyum dan gembira, Bila ayah telah tiada jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya, dan do'akan agar TUHAN selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya .


(Dedikasi spesial untuk para ayah dan para calon ayah…..…..)

Happy Father's Day...
ngasih bunga


jadi ingat lagunya Ada Band...
al_fajr
al_fajr
.
.

Male
Jumlah posting : 288
Age : 38
Lokasi : ada deh...want to know ae
Status : buronan CIA & Israel
Hobby : maen game
Registration date : 05.05.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)

http://fajrin-home.page.tl

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Izinkan Aku Menciummu, Ibu

Post  RaTu_KuiS Sat Dec 22, 2007 9:50 am

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku `dipaksa' membantunya
memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku
tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus
agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do'a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.

( Bayu Gautama, Untuk Semua Ibu Di Seluruh Dunia ) idih genit nih

hmm wanginya - Happy Mothers Day... Wuvv U maaaa-
hadiah buatmu
RaTu_KuiS
RaTu_KuiS
.
.

Female
Jumlah posting : 1187
Lokasi : ...TePi LauT...
Status : NYoBa SeTia :D
Hobby : GeSa GeSi
Registration date : 23.04.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue25/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (25/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue5/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (5/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  maston Sat Dec 22, 2007 11:56 pm

mau dibaca udah ngantuk kebanyakan teks

....... SELAMAT HARI IBU .......................

buat kaum ibu yang gak suka bohong
dan juga buat kaum ibu yang suka bohong
maston
maston
Legendaris
Legendaris

Jumlah posting : 1174
Registration date : 05.06.07

Statistik
Point:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue15/100Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (15/100)
Warning:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue0/0Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (0/0)
Thank:
Sepenggal Renungan... (-.-) Left_bar_bleue10/1000Sepenggal Renungan... (-.-) Empty_bar_bleue  (10/1000)

Kembali Ke Atas Go down

Sepenggal Renungan... (-.-) Empty Re: Sepenggal Renungan... (-.-)

Post  Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik