Aliran Sesat di Bidang Pendidikan

SAAT sekarang orang meributkan
munculnya aliran Islam yang dianggap sesat, yaitu Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Orang
hanya menilai kasus tersebut dari aspek agama dan hukum. Ada juga yang
menganalisis dari aspek sosiologi dan
psikologi.

Namun ada aspek lain yang dilupakan, yaitu aspek logika.
Mereka yang tersesat pada dasarnya pola berpikirnya hanya sampai pada logika
formal (logis) namun tidak sampai pada logika material (kebenaran). Untuk
berpikir sesuai logika material atau epistomologis memang butuh wawasan yang
luas. Harus memiliki banyak ilmu pengetahuan dan berpikir secara
interdisipliner.

Cara berpikir sesat bisa terjadi tidak hanya di sektor
agama saja, tetapi juga di sektor budaya, politik, hukum, pertahanan, keamanan,
sosial, dll, tetapi juga di sektor
pendidikan.

Aliran sesat di bidang pendidikan terutama menyangkut
pembuatan dan pemakaian gelar atapun menyangkut jenjang pendidikan. Beberapa
gelar yang salah antara lain Dra (gelar terbagai berdasar jenis ilmu, bukan
jenis kelamin), Ir (merupakan plesetan dari kata engineur dan tidak merupakan
unsur serapan). Demikian juga gelar Mhum (seharusnya MH), Msi (seharusnya MS),
MPend (seharusnya MP), merupakan gelar yang menyalahi kaidah-kaidah
bahasa.

Lebih salah lagi kalau gelar S2 di Indonesia dinamakan
program magister. Yang benar yaitu program master. Misalnya gelar di Amerika,
MBA bukan Magister of Business Administration, tetapi Master og Business
Administration. Program magister hanya diperuntukkan bidang
hukum.

Program S2 pun sebenarnya merupakan kelanjutan dari gelar
S1. Misalnya S1 Ekonomi ke S2 Ekonomi, S1 Hukum ke S2 Hukum. Kalau program S2
boleh diikuti lulusan S1 apa saja, maka ini merupakan pola logika yang
tersesat.

Pemakaian gelar S2 pun ada
aturannya. Jika S2 meruapan kelanjutan S1 (misalnya dari SE ke ME), maka yang
dipakai adalah ME. Sika S2 tidak merupakan kelanjutan S1 (misal dari ST ke MM),
maka yang dipakai adalah S1 atau ST. Pemakaian gelar S1 dan S2 sekaligus juga
merupakan logika yang salah.

Saya merasa beruntung karena pernah memperdalam Ilmu
Logika di Fakultas Filsafat UGM. Di kampus ini saya mempelajari 1000 cara
berpikir yang salah dan 1000 cara berpikir yang
benar.

Masalahnya adalah, saya merasa tidak ada manfaatnya
berdebat dengan para pemakai gelar sarjana yang cara berlogikanya tersesat. Sama
halnya tidak ada gunanya saya berdebat dengan para penganut aliran sesat
Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Cara berpikir mereka hanya sampai ke logika formal.
Belum sampai ke tingkat logika material.

sumber dari milis tetangga...

Anda betul sekali tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang pikirannya sudah nggak beres,biarlah penegak hukum yang menyelesaikan kasus penistaan agama ini,mungkin umat islam di indonesia juga tidak menerima aliran ini untuk berkembang lebih luas.

Negeri ini sekarang sudah tidak karuan lihat aja lumpur lapindo belum beres sekarang malah gunung2 mau meletus semua kayaknya mereka janjian mau meletus hahaha.....,mungkin ini sudah adzab dari yang kuasa karena di negeri ini sudah terlalu banyak orang yang mengaku sebagai Nabi.

Kiranya cukup sekian kalo ada kata2 saya yang kurang berkenan saya mohon maaf yang sebesar2nya