PERSONAL DEVELOPMENT : Cerita untuk Merubah Cara Berpikir Ki
2 posters
cafepojok :: Tempat sampah :: Testing
Halaman 1 dari 1
PERSONAL DEVELOPMENT : Cerita untuk Merubah Cara Berpikir Ki
PERSONAL DEVELOPMENT : Cerita untuk Merubah Cara Berpikir Kita
(Think Out of the Box)
Cerita berikut mungkin bisa memberikan inspirasi bagi kita bagaimana
terkadang kita "diperlukan" untuk berpikir OUT OF THE BOX,
saat berada dalam situasi dan kondisi yang mengharuskannya. ....
Semoga berguna.....
Mengukur Ketinggian Gedung dengan
Barometer
(Barometer = alat pengukur tekanan udara)
Didalam ujian Fisika di Universitas Copenhagen seorang dosen penguji
mengajukan pertanyaan kepada salah seorang mahasiswanya :
"Jelaskan bagaimana mengukur tinggi suatu bangunan pencakar langit
dengan menggunakan sebuah barometer."
Mahasiswa tersebut menjawab: "Ikatlah leher barometer itu dengan seutas
tali panjang, lalu turunkan barometer dari pucuk gedung pencakar langit
sampai menyentuh tanah.
Panjang tali ditambah panjang barometer akan sama dengan tinggi pencakar
langit."
Jawaban yang luar biasa "orisinil" ini membuat dosen penguji begitu
geram. Akibatnya si mahasiswa langsung tidak diluluskan.
Si mahasiswa naik banding, karena menurutnya kebenaran atas jawaban itu
tidak bisa disangkal.
Kemudian universitas menunjuk seorang arbiter yang independen untuk
memutuskan kasus itu.
Arbiter menyatakan bahwa jawaban itu memang benar dan
tidak bisa
disangkal, hanya saja tidak memperlihatkan secuil pun pengetahuan
mengenai ilmu fisika.
Untuk mengatasi permasalahan itu, disepakati untuk memanggil si
mahasiswa, dan memberinya waktu enam menit untuk memberikan jawaban
verbal yang menunjukkan latar belakang pengetahuannya mengenai
prinsip-prinsip dasar ilmu fisika. Selama lima menit, si mahasiswa duduk
tepekur, dahinya berkerut. Arbiter mengingatkan bahwa waktu sudah hampir
habis.
Mahasiswa itu menjawab bahwa ia sudah memiliki berbagai jawaban yang
sangat relevan, tetapi tidak bisa memutuskan yang mana yang akan
dipakai.
Saat diingatkan arbiter untuk bersegera memberikan jawaban, si mahasiswa
menjelaskan sebagai berikut:
"Pertama-tama, ambillah barometer dan bawalah sampai ke atap pencakar
langit. Lemparkan ke tanah, lalu ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai tanah.
Ketinggian bangunan bisa dihitung
dari rumus H = 0.5x g x t kwadrat.
Tetapi khan sayang barometernya jadi pecah."
"Atau, bila matahari sedang bersinar, anda bisa mengukur tinggi
barometer, tegakkan di atas tanah, dan ukurlah panjang bayangannya.
Setelah itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit, sehingga hanya
perlu perhitungan aritmatika proporsional secara sederhana untuk
menetapkan ketinggian pencakar langitnya."
"Tapi kalau anda betul-betul ingin jawaban ilmiah, anda bisa mengikat
seutas tali pendek pada barometer dan menggoyangkannya seperti pendulum.
Mula-mula lakukan itu di permukaan tanah lalu di atas pencakar langit.
Ketinggian pencakar langit bisa dihitung atas dasar perbedaan kekuatan
gravitasi T = 2 phi akar dari (l/g)."
"Atau kalau pencakar langitnya memiliki tangga darurat di bagian luar,
akan mudah sekali untuk menaiki tangga, lalu menggunakan panjangnya
barometer sebagai satuan ukuran pada dinding
bangunan, sehingga tinggi pencakar langit = penjumlahan seluruh satuan barometernya pada dinding pencakar langit."
"Bila anda hanya ingin membosankan dan bersikap ortodoks, tentunya anda
akan menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara pada atap
pencakar langit dan di permukaan tanah, lalu mengkonversikan
perbedaannya dari milibar ke satuan panjang untuk memperoleh ketinggian
bangunan."
"Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan
berpikir dan menerapkan metoda-metoda ilmiah, tentunya cara paling tepat
adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan mengatakan:
'Bila anda menginginkan barometer baru yang cantik ini, saya akan
memberikannya pada anda jika anda memberitahukan kepada saya berapa
ketinggian pencakar langit ini."
Melihat jawaban yang diberikan kepada arbiter, semua orang sadar bahwa
mahasiswa ini tidak bodoh, tetapi pertanyaan penguji telah menggiringnya
kearah
jawaban yang tidak dikehendaki penguji.
Mahasiswa itu adalah Niels Bohr, warga Denmark genius yang kelak akan
memenangkan hadiah Nobel untuk bidang Fisika.
(Think Out of the Box)
Cerita berikut mungkin bisa memberikan inspirasi bagi kita bagaimana
terkadang kita "diperlukan" untuk berpikir OUT OF THE BOX,
saat berada dalam situasi dan kondisi yang mengharuskannya. ....
Semoga berguna.....
Mengukur Ketinggian Gedung dengan
Barometer
(Barometer = alat pengukur tekanan udara)
Didalam ujian Fisika di Universitas Copenhagen seorang dosen penguji
mengajukan pertanyaan kepada salah seorang mahasiswanya :
"Jelaskan bagaimana mengukur tinggi suatu bangunan pencakar langit
dengan menggunakan sebuah barometer."
Mahasiswa tersebut menjawab: "Ikatlah leher barometer itu dengan seutas
tali panjang, lalu turunkan barometer dari pucuk gedung pencakar langit
sampai menyentuh tanah.
Panjang tali ditambah panjang barometer akan sama dengan tinggi pencakar
langit."
Jawaban yang luar biasa "orisinil" ini membuat dosen penguji begitu
geram. Akibatnya si mahasiswa langsung tidak diluluskan.
Si mahasiswa naik banding, karena menurutnya kebenaran atas jawaban itu
tidak bisa disangkal.
Kemudian universitas menunjuk seorang arbiter yang independen untuk
memutuskan kasus itu.
Arbiter menyatakan bahwa jawaban itu memang benar dan
tidak bisa
disangkal, hanya saja tidak memperlihatkan secuil pun pengetahuan
mengenai ilmu fisika.
Untuk mengatasi permasalahan itu, disepakati untuk memanggil si
mahasiswa, dan memberinya waktu enam menit untuk memberikan jawaban
verbal yang menunjukkan latar belakang pengetahuannya mengenai
prinsip-prinsip dasar ilmu fisika. Selama lima menit, si mahasiswa duduk
tepekur, dahinya berkerut. Arbiter mengingatkan bahwa waktu sudah hampir
habis.
Mahasiswa itu menjawab bahwa ia sudah memiliki berbagai jawaban yang
sangat relevan, tetapi tidak bisa memutuskan yang mana yang akan
dipakai.
Saat diingatkan arbiter untuk bersegera memberikan jawaban, si mahasiswa
menjelaskan sebagai berikut:
"Pertama-tama, ambillah barometer dan bawalah sampai ke atap pencakar
langit. Lemparkan ke tanah, lalu ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai tanah.
Ketinggian bangunan bisa dihitung
dari rumus H = 0.5x g x t kwadrat.
Tetapi khan sayang barometernya jadi pecah."
"Atau, bila matahari sedang bersinar, anda bisa mengukur tinggi
barometer, tegakkan di atas tanah, dan ukurlah panjang bayangannya.
Setelah itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit, sehingga hanya
perlu perhitungan aritmatika proporsional secara sederhana untuk
menetapkan ketinggian pencakar langitnya."
"Tapi kalau anda betul-betul ingin jawaban ilmiah, anda bisa mengikat
seutas tali pendek pada barometer dan menggoyangkannya seperti pendulum.
Mula-mula lakukan itu di permukaan tanah lalu di atas pencakar langit.
Ketinggian pencakar langit bisa dihitung atas dasar perbedaan kekuatan
gravitasi T = 2 phi akar dari (l/g)."
"Atau kalau pencakar langitnya memiliki tangga darurat di bagian luar,
akan mudah sekali untuk menaiki tangga, lalu menggunakan panjangnya
barometer sebagai satuan ukuran pada dinding
bangunan, sehingga tinggi pencakar langit = penjumlahan seluruh satuan barometernya pada dinding pencakar langit."
"Bila anda hanya ingin membosankan dan bersikap ortodoks, tentunya anda
akan menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara pada atap
pencakar langit dan di permukaan tanah, lalu mengkonversikan
perbedaannya dari milibar ke satuan panjang untuk memperoleh ketinggian
bangunan."
"Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan
berpikir dan menerapkan metoda-metoda ilmiah, tentunya cara paling tepat
adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan mengatakan:
'Bila anda menginginkan barometer baru yang cantik ini, saya akan
memberikannya pada anda jika anda memberitahukan kepada saya berapa
ketinggian pencakar langit ini."
Melihat jawaban yang diberikan kepada arbiter, semua orang sadar bahwa
mahasiswa ini tidak bodoh, tetapi pertanyaan penguji telah menggiringnya
kearah
jawaban yang tidak dikehendaki penguji.
Mahasiswa itu adalah Niels Bohr, warga Denmark genius yang kelak akan
memenangkan hadiah Nobel untuk bidang Fisika.
gondrong- Senior member
-
Jumlah posting : 380
Age : 41
Registration date : 28.04.07
Statistik
Point:
(10/100)
Warning:
(0/0)
Thank:
(0/0)
Re: PERSONAL DEVELOPMENT : Cerita untuk Merubah Cara Berpikir Ki
wuih....top banget..!!!
bluebarry- Senior member
-
Jumlah posting : 214
Age : 37
Lokasi : somewhere
Status : complicated
Hobby : still searching
Registration date : 12.12.07
Statistik
Point:
(6/100)
Warning:
(0/0)
Thank:
(0/0)
Re: PERSONAL DEVELOPMENT : Cerita untuk Merubah Cara Berpikir Ki
bluebarry wrote:wuih....top banget..!!!
makasih... aku dapetnya dari milis kok... siapa tau bisa jadi bahan bacaan yang bagus d sini...
gondrong- Senior member
-
Jumlah posting : 380
Age : 41
Registration date : 28.04.07
Statistik
Point:
(10/100)
Warning:
(0/0)
Thank:
(0/0)
Similar topics
» Cerita Bersambung Warga Capo
» Sedikit cerita TTG Bung karno
» puisiku.... untuk-Nya
» tamparan untuk 3 pertanyaan
» spec untuk 3dmax
» Sedikit cerita TTG Bung karno
» puisiku.... untuk-Nya
» tamparan untuk 3 pertanyaan
» spec untuk 3dmax
cafepojok :: Tempat sampah :: Testing
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik